Ada satu ungkapan yang masih saya ingat saat musim salju tiba. 朝起きたら一面の銀世界だった。Asa okitara ichimen no ginsekai datta, “Begitu bangun dari tidur, seluruh permukaan sudah tertutup salju.”
saya baru menyadari bahwa salju itu ternyata benar-benar putih, bersih dan sangat indah dipandang. Tidak berlebihan bila ada ungkapan "Seputih Salju". Luar biasa ! Allah Maha Besar.
saya baru menyadari bahwa salju itu ternyata benar-benar putih, bersih dan sangat indah dipandang. Tidak berlebihan bila ada ungkapan "Seputih Salju". Luar biasa ! Allah Maha Besar.
Pada umumnya memasuki awal Desember, beberapa wilayah di Jepang mulai turun salju. Apalagi di daerah utara seperti Hokkaido, salju turun lebih awal dibanding daerah lain seperti Aomori, Yamagata, Iwate, Fukushima atau Miyagi. Di kota Sendai (prefektur Miyagi) tempat penulis berdomisili, salju mulai turun menjelang akhir desember.
Bagi warga asing yang berasal dari Negara tropis, salju tentu sebuah fenomena menarik. Saat salju turun, sejauh mata memandang yang terlihat hanya hamparan salju. Daun pepohonan yang sudah gugur saat musim gugur, berganti menjadi butiran-butiran salju yang menempel di ranting-rating pohon. Kolam yang biasanya digenangi air akan membeku. Bila tidak mengenal lokasi tersebut, kita tidak akan menyangka bila dibalik hamparan salju tersebut ada kolam. Bahkan di Hokkaido mereka yang memiliki hobby memancing memanfaatkan musim salju untuk memancing di atas permukaan danau yang membeku. Mereka memasang tenda, lalau melubangi permukaan danau dan melepaskan pancing dari lubang tersebut. Hasil pancingan akan dimasak dan disantap bersama di atas permukaan danau tersebut. Hmm... sebuah pemandangan yang menarik.
Yang paling menikmati salju tentu saja anak-anak. Mereka bermain salju dengan riang gembira. diantara mereka ada yang bermain plosotan, ada yang membuat yukidaruma (boneka salju). Di Hokkaido bahkan ada festival kamakura, yakni membuat rumah yang bisa didiami beberapa saat. Di Prefektur Yamagata, ada sebuah warung Mie Beruang yang sengaja membuat kamakura (rumah salju) untuk menarik pengunjung. Di dalam rumah es tersebut terdapat meja dan kursi yang semuanya tentu saja terbuat dari salju. Yang lebih unik adalah, rumah es tersebut dilengkapi dengan "Sound System". Suara musik yang dihasilkan di rumah es tersebut sungguh luar biasa. menurut pemilik warung tersebut, suara musik yang luar biasa tersebut berhasil dihasilkan bukan semata-mata karena peralatan saja, tetapi juga pengaruh tata ruang rumah es saat dibangun. Bila di amati, rumah es itu memang berbeda dengan rumah es yang lain. perbedaan tersebut terlihat pada lorong masuk yang sengaja tidak dibuat lurus, tetapi sedikit berbelok. Tinggi ruangan, serta luas ruangan juga sangat mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan, kata pemilik warung. Selengkapnya bisa dinikmati melalui video di bawah ini.
Tetapi, Salju tidak selamanya membawa cerita indah. Salju juga membawa berita duka. Hampir setiap hari akan ada kecelakaan. Kondisi jalan yang sangat licin, ditambah lagi ruas jalan yang sempit, berbelok, mendaki menambah sulitnya jalan yang dilalui. Saat menulis ini, penulis baru saja pulang dari membantu rekan sesama warga Indonesia, senior di kampus yang mendapat musibah, menabrak (sebenarnya tidak parah) mobil milik orang Jepang. Menurut rekan tersebut, jalan yang sangat licin akibat embun yang membeku, membuat rem tidak berfungsi maksimal, ditambah lagi ban mobil yang tidak sesuai untuk musim salju, menyebabkan mobil tetap berjalan walaupun sudah direm. sehingga akhirnya menabrak mobil yang berada di depan. Begitulah sekelumit kesulitan yang datang saat musim salju menjelang.
Di beberapa daerah, salju bahkan merenggut banyak nyawa. Ada yang meninggal terjatuh dari atap rumah saat membersihkan tumpukkan salju. Ada pula yang tergelincir dan masuk ke parit, akhirnya meninggal, juga saat membersihkan salju. umumnya yang menjadi korban adalah para lanjut usia, hidup seorang diri (potret suram masyarakat Jepang). Ada pula wilayah yang terisolasi karena jalanan tertutup salju, sehingga tidak dapat dilalui. Pemerintah sudah melakukan upaya untuk menghindari jatuh korban. salah satu upaya yang dilakukan adalah menghimbau para warga lanjut usia yang hidup seorang diri agar tinggal di tempat penampungan yang sudah dibangun selama musim salju. Mereka diperbolehkan tinggal selama musim salju dengan biaya yang sangat murah. mereka juga dapat pulang ke rumah untuk membersihkan salju, dan pada malam harinya tidur di penampungan. Namun demikian, banyak warga yang memilih tetap tinggal di rumah masing-masing, meskipun beresiko kehilangan nyawa.
Penulis merasa beruntung tinggal di daerah yang tidak begitu banyak turun salju. meskipun kadang-kadang juga mendapat kerugian berupa kecelakaan jatuh dari sepeda, atau terjatuh saat berjalan kaki. untuk mengurangi resiko, penulis lebih sering berjalan kaki menuju kampus saat salju turun banyak. umumnya para pekerja yang berangkat ke kantor juga demikian. mereka lebih memilih berjalan kaki menuju stasiun terdekat dari pada naik sepeda.
Para pekerja atau pemilik toko, biasanya mendapat tambahan kerja saat musim salju tiba. pagi hari harus membersihkan salju yang menumpuk di tempat parkir, atau jalan di areal pertokoan.
Ghaniy yang kedinginan berusaha menikmati main plosotan |
Tetapi, Salju tidak selamanya membawa cerita indah. Salju juga membawa berita duka. Hampir setiap hari akan ada kecelakaan. Kondisi jalan yang sangat licin, ditambah lagi ruas jalan yang sempit, berbelok, mendaki menambah sulitnya jalan yang dilalui. Saat menulis ini, penulis baru saja pulang dari membantu rekan sesama warga Indonesia, senior di kampus yang mendapat musibah, menabrak (sebenarnya tidak parah) mobil milik orang Jepang. Menurut rekan tersebut, jalan yang sangat licin akibat embun yang membeku, membuat rem tidak berfungsi maksimal, ditambah lagi ban mobil yang tidak sesuai untuk musim salju, menyebabkan mobil tetap berjalan walaupun sudah direm. sehingga akhirnya menabrak mobil yang berada di depan. Begitulah sekelumit kesulitan yang datang saat musim salju menjelang.
Di beberapa daerah, salju bahkan merenggut banyak nyawa. Ada yang meninggal terjatuh dari atap rumah saat membersihkan tumpukkan salju. Ada pula yang tergelincir dan masuk ke parit, akhirnya meninggal, juga saat membersihkan salju. umumnya yang menjadi korban adalah para lanjut usia, hidup seorang diri (potret suram masyarakat Jepang). Ada pula wilayah yang terisolasi karena jalanan tertutup salju, sehingga tidak dapat dilalui. Pemerintah sudah melakukan upaya untuk menghindari jatuh korban. salah satu upaya yang dilakukan adalah menghimbau para warga lanjut usia yang hidup seorang diri agar tinggal di tempat penampungan yang sudah dibangun selama musim salju. Mereka diperbolehkan tinggal selama musim salju dengan biaya yang sangat murah. mereka juga dapat pulang ke rumah untuk membersihkan salju, dan pada malam harinya tidur di penampungan. Namun demikian, banyak warga yang memilih tetap tinggal di rumah masing-masing, meskipun beresiko kehilangan nyawa.
Penulis merasa beruntung tinggal di daerah yang tidak begitu banyak turun salju. meskipun kadang-kadang juga mendapat kerugian berupa kecelakaan jatuh dari sepeda, atau terjatuh saat berjalan kaki. untuk mengurangi resiko, penulis lebih sering berjalan kaki menuju kampus saat salju turun banyak. umumnya para pekerja yang berangkat ke kantor juga demikian. mereka lebih memilih berjalan kaki menuju stasiun terdekat dari pada naik sepeda.
Para pekerja atau pemilik toko, biasanya mendapat tambahan kerja saat musim salju tiba. pagi hari harus membersihkan salju yang menumpuk di tempat parkir, atau jalan di areal pertokoan.
Pemilik Toko yang sedang membersihkan salju |
Mereka yang memilih berangkat ke kantor menggunakan mobil harus terlebih dahulu membersihkan mobil dari tumpukan salju. Bila saju baru saja turun, tumpukan salju akan mudah dibersihkan. Tetapi bila sudah membeku, maka butuh waktu lama untuk membersihkannya.
Di daerah yang relative banyak turun salju seperti Hokkaido, Aomori, Yamagata dan sekitarnya, Pemerintah menyiapkan tim khusus untuk membersihkan salju dari jalanan agar dapat dilalui. Alat berat dikerahkan setiap hari. Pembersihan salju mulai dilakukan sejak dini hari. Tumpukan salju di kedua sisi jalan seperti tembok pemisah yang sudah bertahun-tahun membeku.
Mereka yang tinggal di daerah bersalju umumnya menempati rumah bertingkat. Bila tidak demikian, ketika salju turun dapat dipastikan mereka tidak akan dapat keluar atau masuk rumah, karena tertimbun salju. Mereka biasanya menggunakan pintu yang ada di lantai dua. Setiap hari mereka harus menyingkirkan salju dari atap rumah bila tidak ingin tertimbun salju. Ini menjadi pekerjaan tambahan bagi setiap warga di musim dingin.
Alat Berat yang digunakan untuk menyingkirkan salju, Oguni machi prefektur Yamagata, 2011 |
Tumpukan salju melebihi tinggi saya di halaman rumah seorang informan, Yamagata 2011 |
Halaman penginapan, Oguni machi prefektur Yamagata |
Pak ALi, saya sangat menikmati membaca catatan ini :) Sy jadi menyegarkan kembali ingatan ketika heboh kegirangan dan terpesona dengan salju. Catatan ini sekaligus mengingatkan bhw salju juga mengundang petaka. Perjalanan ke Yamagata ini juga menambah pengetahuan sy krn belum pernah ke sana. Ditunggu catatan berikutnya ya :) salam Esther-Malang
ReplyDeleteTerima Kasih Ibu Esther, telah meluangkan waktu untuk membaca dan menulis komentar. Saya doakan, Ibu Esther segera kembali lagi ke sini, dan menikmati sisi indahnya salju kembali. sekaligus berpetualang ke Jepang bagian Utara.
Delete