Terima kasih sebelumnya
A : Aku mau pinjam catatan pelajaran….
minggu lalu, boleh ga ?
B : boleh, tapi hari ini aku ga bawa. Besok
yah aku bawain.
A : Iya, makasih ya sebelumnya….
Selama ini saya tidak pernah memperhatikan
ungkapan di atas (terima kasih sebelumnya). Dalam percakapan sehari-hari ini
sangat lazim. Bahkan terkadang, ungkapan ini dialih bahasakan ke bahasa
inggris. Mungkin maksudnya biar lebih keren gitu. “thanks before”. Di media sosial
bahkan “before”nya disingkat menjadi b4 atau be4 dan sebagainya. Padahal kalau
ditelusuri, tidak ada ungkapan “thanks before” dalam bahasa penutur aslinya. Barangkali
ini hanya murni terjemahan kata perkata, dimana “terima kasih” diterjemahkan menjadi
“thank”, dan “sebelumnya” diterjemahkan menjadi “before”. Sehingga “terima
kasih sebelumnya” diterjemahkan menjadi “thanks before”.
Sebenarnya saya tidak mempersoalkan Bahasa inggrisnya,
tetapi yang menjadi perhatian saya adalah kesan yang timbul dari ungkapan
tersebut. Sejujurnya, dalam situasi tertentu, saya merasa tertekan bila
seseorang meminta tolong tetapi mengucapkan “terima kasih sebelumnya” terlebih
dahulu sebelum dibantu. Ucapan tersebut seolah-olah memaksa saya untuk membantu.
Parahnya ini akan menjadi sebuah beban, manakala akhirnya kita tidak bisa membantu.
Setelah mengetahui adanya kesan “memaksa”
dalam ungkapan “terima kasih sebelumnya”, saya mencoba menelusuri bagaimana
komunikasi dalam bahasa Jepang dalam situasi yang sama ?. Saya tidak pernah
menemukan ungkapan yang artinya sama dengan “terima kasih sebelumnya”. Sebaliknya,
ungkapan yang digunakan adalah memohon, yaitu “yoroshiku onegaishimasu,
tanomimasu” dan sejenisnya. Memang dalam Bahasa Jepang ungkapan “terima kasih
sebelumnya” bisa saja diterjemahkan menjadi “maemotte orei wo moushi agemasu”,
tetapi ini digunakan dalam situasi yang sangat khusus. Mengapa demikian, karena
ungkapan ini menandakan bahwa kita sudah cukup mengucapkannya terima kasih pada
saat meminta sesuatu, sehingga setelah permohonan dikabulkan nantinya, kita tidak
perlu atau berkewajiban untuk berterimakasih lagi.
Saya tiba-tiba teringat percakapan dengan
seorang teman Jepang beberapa waktu lalu. Teman Jepang ini mengerti Bahasa Indonesia,
meskipun tidak sempurna. Dia bertanya kepada saya, mengapa orang Indonesia
ketika meminta tolong mengucapkan terima kasih ? ceritanya begini. Teman Jepang
ini bekerja di sebuah perusahaan. Di tempatnya bekerja ada beberapa orang
Indonesia. Suatu hari, salah seorang pekerja Indonesia berhalangan hadir karena
suatu hal. Kemudian dia mengirim pesan singkat yang isinya mengatakan bahwa dia
tidak bisa kerja. Kemudian diakhir pesan tersebut terdapat ucapan terima kasih.
Kira-kira bunyi pesan singkatnya seperti ini. “Selamat siang, maaf mendadak
sekali. Hari ini saya izin untuk tidak bisa masuk kerja, karena sejak kemaren
malam batuk dan bersin-bersin. Tadi siang sudah ke dokter dan minum obat. Mudah-mudahan
lusa bisa kerja kembali. Terima kasih.
Sekilas tidak ada yang salah dengan isi
pesan singkat di atas. Tetapi bila dibaca secara teliti, adanya ucapan “terima kasih”
di akhir kalimat, seolah-olah memaksa sipenerima pesan untuk memberikan izin. Pada
hal, saat itu sipengirim baru mau minta izin, dan sipenerima baru membaca. Seharusnya
ucapan terima kasih diucapkan setelah izin diterima.
Mendengar cerita di atas, saya tidak bisa
memberikan komentar apapun, karena ini sudah lazim dalam komunikasi sesama orang
Indonesia. Tetapi tidak demikian ketika berkomunikasi dengan orang Jepang. Sebaiknya
ungkapan ini harus dihindari. Untuk meminta tolong, ungkapan serbaguna
dalam Bahasa Jepang adalah “yoroshiku onegai shimasu.
Sumber : Pengalaman pribadi
No comments:
Post a Comment