Friday, June 27, 2014

Terima Kasih Sebelumnya

Terima kasih sebelumnya

A : Aku mau pinjam catatan pelajaran…. minggu lalu, boleh ga ?
B : boleh, tapi hari ini aku ga bawa. Besok yah aku bawain.
A : Iya, makasih ya sebelumnya….
Selama ini saya tidak pernah memperhatikan ungkapan di atas (terima kasih sebelumnya). Dalam percakapan sehari-hari ini sangat lazim. Bahkan terkadang, ungkapan ini dialih bahasakan ke bahasa inggris. Mungkin maksudnya biar lebih keren gitu. “thanks before”. Di media sosial bahkan “before”nya disingkat menjadi b4 atau be4 dan sebagainya. Padahal kalau ditelusuri, tidak ada ungkapan “thanks before” dalam bahasa penutur aslinya. Barangkali ini hanya murni terjemahan kata perkata, dimana “terima kasih” diterjemahkan menjadi “thank”, dan “sebelumnya” diterjemahkan menjadi “before”. Sehingga “terima kasih sebelumnya” diterjemahkan menjadi “thanks before”.

Sebenarnya saya tidak mempersoalkan Bahasa inggrisnya, tetapi yang menjadi perhatian saya adalah kesan yang timbul dari ungkapan tersebut. Sejujurnya, dalam situasi tertentu, saya merasa tertekan bila seseorang meminta tolong tetapi mengucapkan “terima kasih sebelumnya” terlebih dahulu sebelum dibantu. Ucapan tersebut seolah-olah memaksa saya untuk membantu. Parahnya ini akan menjadi sebuah beban, manakala akhirnya kita tidak bisa membantu.

Setelah mengetahui adanya kesan “memaksa” dalam ungkapan “terima kasih sebelumnya”, saya mencoba menelusuri bagaimana komunikasi dalam bahasa Jepang dalam situasi yang sama ?. Saya tidak pernah menemukan ungkapan yang artinya sama dengan “terima kasih sebelumnya”. Sebaliknya, ungkapan yang digunakan adalah memohon, yaitu “yoroshiku onegaishimasu, tanomimasu” dan sejenisnya. Memang dalam Bahasa Jepang ungkapan “terima kasih sebelumnya” bisa saja diterjemahkan menjadi “maemotte orei wo moushi agemasu”, tetapi ini digunakan dalam situasi yang sangat khusus. Mengapa demikian, karena ungkapan ini menandakan bahwa kita sudah cukup mengucapkannya terima kasih pada saat meminta sesuatu, sehingga setelah permohonan dikabulkan nantinya, kita tidak perlu atau berkewajiban untuk berterimakasih lagi.

Saya tiba-tiba teringat percakapan dengan seorang teman Jepang beberapa waktu lalu. Teman Jepang ini mengerti Bahasa Indonesia, meskipun tidak sempurna. Dia bertanya kepada saya, mengapa orang Indonesia ketika meminta tolong mengucapkan terima kasih ? ceritanya begini. Teman Jepang ini bekerja di sebuah perusahaan. Di tempatnya bekerja ada beberapa orang Indonesia. Suatu hari, salah seorang pekerja Indonesia berhalangan hadir karena suatu hal. Kemudian dia mengirim pesan singkat yang isinya mengatakan bahwa dia tidak bisa kerja. Kemudian diakhir pesan tersebut terdapat ucapan terima kasih. Kira-kira bunyi pesan singkatnya seperti ini. “Selamat siang, maaf mendadak sekali. Hari ini saya izin untuk tidak bisa masuk kerja, karena sejak kemaren malam batuk dan bersin-bersin. Tadi siang sudah ke dokter dan minum obat. Mudah-mudahan lusa bisa kerja kembali. Terima kasih.
Sekilas tidak ada yang salah dengan isi pesan singkat di atas. Tetapi bila dibaca secara teliti, adanya ucapan “terima kasih” di akhir kalimat, seolah-olah memaksa sipenerima pesan untuk memberikan izin. Pada hal, saat itu sipengirim baru mau minta izin, dan sipenerima baru membaca. Seharusnya ucapan terima kasih diucapkan setelah izin diterima.

Mendengar cerita di atas, saya tidak bisa memberikan komentar apapun, karena ini sudah lazim dalam komunikasi sesama orang Indonesia. Tetapi tidak demikian ketika berkomunikasi dengan orang Jepang. Sebaiknya ungkapan ini harus dihindari. Untuk meminta tolong, ungkapan serbaguna dalam Bahasa Jepang adalah “yoroshiku onegai shimasu

Sumber : Pengalaman pribadi

| Free Bussines? |

No comments:

Post a Comment