Monday, August 18, 2014

Aksi Vandalisme di Gunung Fuji



Awal Agustus lalu media dihebohkan dengan aksi vandalisme di gunung Fuji oleh orang yang tidak dikenal. Aksi tersebut berupa corat coret bertuliskan `CLA-X INDONESIA` dan `RUDAI` pada bebatuan besar yang terdapat di jalur Fujinomiya yang berada pada ketinggian 3500 meter. Tulisan itu dibuat dengan menggunakan cat semprot warna oranye.


                      Gambar 1


                      Gambar 2

Atas aksi tersebut beragam komentar pun bermunculan. Tak terkecuali warga Indonesia di jepang. Umumnya mereka sangat menyayangkan aksi tersebut. Seperti yang ditulis banyak media, baik Jepang maupun Indonesia, yang paling tidak terima atas aksi ini tentu pihak berwenang di Jepang. Dengar saja komentar Gubernur Shizuoka Bapak Kawakatsu di salah satu stasiun televisi Jepang yang mengatakan “Aksi Vandalisme itu adalah aksi ceroboh, kurang ajar, tak termaafkan. Gunung Fuji adalah warisan Dunia. Saya menuntut agar pelaku insyaf dan menyesali perbuatannya itu”. 
Berikut petikannya yang dapat juga disaksikan di youtube.



Kemarahan Jepang bukan tanpa alasan. Mengingat bagi sebagian warga Jepang Gunung Fuji bukan hanya gunung biasa, namun dianggap sakral dan keramat.
Mengapa gunung dianggap sakral dan keramat oleh sebagian warga Jepang ? berikut alasannya dari sudut pandang kepercayaan.
Dalam kepercayaan tradisional Jepang, roh leluhur bersemayam di gunung. Ceritanya begini, setelah seseorang meninggal, rohnya untuk sementara akan  bersemayam di bukit di belakang rumah. Setelah melewati masa berkabung dan beberapa kali kenduri (selama 33 tahun atau 50 tahun), roh tersebut akan mencapai kesucian dan menjadi `kami (tuhan)`. Setelah menjadi kami roh tersebut akan pindah menuju tempat yang lebih tinggi yaitu gunung. Dari gunung roh tersebut akan menjaga dan mengawasi kehidupan sehari-hari keturunannya. berangkat dari kepercayaan ini maka lahirlah kepercayaan terhadap dewa gunung.   
 Alasan lain adalah kepercayaan tradisional Jepang masih bersifat animisme. Mereka mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini (seperti kawasan teretntu, gua, batu besar, pohon besar dan lain-lain) memiliki roh yang harus dihormati agar roh tersebut tidak mengganggu manusia, tetapi justru membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari.
 Terlepas dari dua alasan di atas, alangkah bijaknya jika menghargai adat istiadat warga tempat kita berkunjung. seperti kata pepatah, di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Kalau kita berbuat sesuka hati di daerah orang lain, tunggu saja, pemuda setempat akan datang untuk mengingatkan. Syukur-syukur tidak langsung ditikam (Bahasa Medan).

| Free Bussines? |

2 comments: