Monday, March 26, 2012

Hatsumode, Kunjungan ke kuil di awal Tahun.

(Hatsumode di Kuil Hachiman, Sendai (1 januari 2012, pukul 00:30)
   Hatsumode adalah kegiatan mengunjungi Jinja (kuil Shinto) atau Otera (kuil Buddha) pertama kali pada tahun baru, mengucapkan rasa syukur atas nikmat yang diperoleh selama tahun lalu, dan memohon keselamatan dan ketenangan dalam mengarungi kehidupan selama satu tahun ke depan.
  Tulisan kali ini sangat berkaitan dengan paparan penulis sebelumnya tentang Omisoka dan Makna Tahun Baru Bagi Masyarakat Jepang. Penulis juga telah menyinggung dalam tulisan sebelumnya, bahwa pada malam pergantian tahun, orang-orang Jepang berkumpul bersama keluarga di rumah masing-masing, menikmati hidangan khusus pada malam tahun baru sambil menikamti sajian televisi akhir tahun yang juga disajikan secara khusus.
  Menjelang pergantian tahun, tengah malam tepat pada saat tanggal 1 Januari, masyarakat mulai berbondong-bondong mendatangi Kuil untuk melakukan kunjungan pertama di awal tahun tersebut. Umumnya mereka mendatangi kuil-kuil besar yang ada di sekitar rumah. tetapi sebenarnya kuil yang dikunjungi adalah kuil yang paling dekat di daerah tempat tinggal. Tetapi dari pantauan penulis, masyarakat lebih banyak mendatangi Kuil yang lebih besar. Umumnya mereka yang berkunjung tengah malam adalah para remaja, mereka datang secara bekelompok. Antrian panjang akan terlihat di depan kuil untuk menunggu kesempatan memanjatkan doa tepat di depan bangunan utama sebuah kuil.
Pada tahun baru kantor kuil akan buka selama 24 jam melayani masyarakat yang akan membeli segala pernak pernik pembawa keberuntungan seperti Hamaya, Daruma, Omamori dan sebagainya. Tetapi yang paling laris adalah Omikuji (kertas ramalan nasib, selengkapnya lihat di bawah). Dari pengamatan penulis hampir setiap orang akan membeli Omikuji. Ada yang kelihatan sangat gembira ketika mengetahui bahwa ramalan yang didapat sangat baik. Tetapi ada pula yang tidak begitu gembira, karena yang diterima ramalan kesialan. Tetapi apapun hasilnya mereka percaya bahwa itu hanyalah sekedar ramalan, semua akan bergantung dari hasil usaha mereka. Tetapi bagi mereka yang mendapat ramalan nasib baik, akan menambah motivasi untuk lebih giat lagi dalam melakukan sesuatu.
Suasana Tempat Penjualan Daruma di Kuil Haciman, 1 Januari 2012, pukul 00:35
suasana Hatsumode di Kuil Hachiman, Sendai, 2012
Waktu Pelaksanaan Hatsumode
  Tidak semua orang datang ke kuil untuk melakukan kunjungan pertama awal tahun pada malam hari. Seperti yang dijelaskan di atas, bila malam hari lebih didominasi oleh para remaja, maka pada pagi harinya akan didominasi oleh mereka yang datang bersama keluarga, apalagi yang memiliki anak kecil. Menjelang tengah hari akan didominasi oleh mereka yang telah lanjut usia. Tidak ada ketentuan pasti kapan sebaiknya melakukan kunjungan. Terdapat berbagai penjelasan menyangkut waktu pelaksanaan hatsumode. Di antaranya seperti di bawah ini.
1.    GANTAN (1 Januari)
2.    SANGANICHI (1-3 Januari)
3.    MATSU NO UCHI (1-7 Januari)
  Seiring perubahan zaman, kelihatannya terjadi perubahan pandangan, dari GANTAN (1) menuju MATSU NO UCHI (3). Perubahan pandangan ini kemungkinan karena banyaknya jumlah pengunjung yang datang pada tanggal 1 Januari, terutama pengunjung kuil Meiji di Tokyo, Kuil Dasaifu Tenman di Fukuoka, atau Kuil Yasaka di Kyoto, sehingga untuk menghindari kepadatan, pengunjung lain sengaja memilih waktu lain.
Makna Hatsumode
   Hatsumode memiliki dua makna. Pertama, ada penjelasan yang mengatakan bahwa Hatsumode berasal dari kunjungan ke EHO (penjelasannya ada di bawah) , da nada penjelasan yang mengatakan bahwa Hatsumode berasal dari Tradisi Shinto TOSHIGOMORI.
  Pada awalnya, Tahun Baru adalah Tradisi Shinto. Setiap keluarga mempersiapkan KAGAMI MOCHI untuk TOSHIGAMI yang bertugas memberikan rezeki, menyambutnya dengan mendirikan KADOMATSU, memasak masakan khas tahun baru OSECHI, lalu memohon hasil pertanian berlimpah dan keselamatan keluarga selama satu tahun.
 Yang dimaksud dengan EHO di atas adalah, mengunjungi kuil (jinja atau otera) ke arah bersemayamnya TOSHIGAMI bersama kepala keluarga, setelah menyantap OSECHI yang diyakini merupakan pemberian dari TOSHIGAMI (EHO = Arah keberuntungan)
  Sedangkan yang dimaksud dengan TOSHIGOMORI adalah sebuah tradisi kuno, dimana kepala keluarga yang disebut sebagai UJIKO (pengikut) berdiam (i`tiqaf) di Jinja yang memuja dewa pelindung di daerah tersebut, sejak OMISOKA (31 Desember) hingga GANTAN (1 Januari), dan memohon limpahan hasil pertanian dan keselamatan seluruh anggota keluarga. Kegiatan I`tiqaf di Jinja sejak OMISOKA hingga GANTAN diperkirakan berubah menjadi kebiasaan melakukan kunjungan sejak OMISOKA hingga GANTAN.
Hal yang dilakukan pada saat Hatsumode
1. Menyumbangkan OFUDA dan OMAMORI lama ke Jinja
  Ofuda adalah kertas yang diyakini memiliki perlindungan dari KAMI (Shinto) atau HOTOKE (Buddha) yang diterbitkan oleh Jinja atau Otera. Ofuda biasanya diletakkan di KAMIDANA (replica Jinja) yang ada di dalam rumah sehingga berfungsi untuk melindungi seisi rumah.
Ofuda
Ofuda yang diletakkan di Kamidana (replika Jinja) di rumah
  Omamori adalah sejenis Jimat yang juga diyakini memiliki perlindungan. Berbeda dengan Ofuda, Omamori digunakan untuk kepentingan pribadi.
Omamori
  Ofuda dan Omamori yang telah digunakan selama satu tahun sebelumnya dibawa dan diserahkan ke Jinja pada saat Hatsumode, dan membeli yang baru. Di Jinja, Ofuda dan Omamori tersebut disucikan, lalu dibakar (lihat keterangan selanjutnya di bawah).
  Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa terdapat jutaan Jinja di seluruh Jepang. KAMI yang dipuja di setiap Jinja tersebut tidaklah sama. Tidak jarang bila seseorang bepergian ke suatu tempat, selalu singgah di Jinja yang ada di wilayah tersebut dan membeli Ofuda atau Omamori. Boleh jadi seseorang sengaja bepergian ke tempat jauh untuk mengunjungi sebuah Jinja dan membeli Ofuda serta Omamori. Barang-barang ini apabila telah dipakai dan dianggap sudah kedaluarsa dapat menyerahkannya ke Jinja terdekat, tanpa harus mendatangkan Jinja tersebut kembali (Pendeta Shinto Kuil Takekoma, 2011).
 
Cara Mengambil Ofuda lama dari Kamidana
a.    Membersihkan tangan dan mulut.
b.    Menyatukan kedua belah telapak tangan di dada menghadap Kamidana, lalu menyampaikan ucapan terima kasih di dalam hati telah menjaga keluarga selama satu tahun.
c.    Mengambil Ofuda lama, lalu membungkus dengan kertas berwarna putih atau kertas khusus yang disebut dengan Washi.

Menyumbangkan EMA
  Ema adalah papan kayu bergambar yang disumbangkan ke Jinja atau Otera berisi doa atau permohonan kepada Kami Sama, atau berisi ucapan terima kasih atas terkabulnya doa atau pengharapan seseorang. Ema yang disumbangkan atas nama pribadi biasanya berukuran kecil dan terdapat gambar kuda dan sebagainya di bagian depan, sedang di bagian belakang digunakan untuk menuliskan nama dan isi doa atau permohonan. Ema biasanya dijual di Jinja atau Otera.
Ema di Kuil Takekoma, Iwanuma, 1 Januari 2011
  Masyarakat Jepang percaya bila doa ditulis di Ema lalu disumbangkan, maka doa akan terkabul. Pada awalnya yang disumbangkan adalah kuda asli, tetapi sekarang berubah menjadi gambar kuda. Bahkan sekarang gambar Ema disesuaikan dengan SHIO pada tahun tersebut.
Membeli HAMAYA
  Hamaya adalah anak panah sebagai salah satu benda pembawa keberuntungan di tahun baru yang diyakini memiliki kekuatan untuk mengusir roh jahat.
Hamaya, berbentuk seperti anak panah
 Membeli Barang-Barang Pembawa Keberuntungan di Tahun Baru Pertama
  Yang dimaksud dengan Tahun Baru Pertama adalah Tahun Baru Pertama yang dirayakan pertama kali sejak seorang bayi terlahir. Tradisi ini berbeda-beda di setiap daerah. Ada yang membeli Hamaya untuk bayi laki-laki, dan membeli Hagoita (raket kayu, badminton kuno) untuk bayi perempuan. Semua ini adalah barang-barang pembawa keberuntungan yang diyakini dapat mengindarkan diri dari kejahatan atau terbebas dari penyakit.
Pernak Pernik Tahun Baru yang dijual di Kuil Takekoma, Iwanum, 1 Januari 2011
 
Membeli Kertas Ramalan Nasib, OMIKUJI
  Omikuji adalah Kertas Ramalan Nasib berisi ramalan keberuntungan dan kesialan dalam tahun tersebut. Setiap pribadi boleh mempercayai atau tidak mempercayai apa yang tertulis pada Kertas Ramalan Nasib, karena tidak ada ketentuan khusus. Setelah membeli Omikuji, membaca isinya, kebanyakan orang menggulung kertas ramalan tersebut lalu mengikatkannya di tempat yang telah di sediakan di halaman Jinja. Pada awalnya ada juga orang yang mengikatkannya di ranting pepohonan yang ada di halaman Jinja, tetapi karena diyakini akan berpengaruh buruh pada pertumbuhan pohon tersebut, maka masyarakat dianjurkan supaya mengikatkannya pada tempat-tempat yang telah ditetapkan. Ada penjelasan yang mengatakan bahwa bila hasil ramalannya buruk maka kertas akan diikatkan di Jinja, sedangkan ramalan baik akan dibawa pulang. Tetapi dari pengamatan penulis di dua Jinja berbeda, hampir semua orang mengikatkan kertas ramalan nasib tersebut di Jinja (Kuil Takekoma, Kota Iwanuma dan kuil Hachiman, Kota Sendai).
Omikuji yang dijula di Kuil Takekoma, Iwanuma. 1 Januari 2011
Pulang dari Hatsumode Langsung ke Rumah
  Ada penjelasan yang mengatakan bahwa, setelah pulang dari Hatsumode harus langsung ke rumah, dan tidak singgah ke tempat lain. Karena diyakini bila singgah di suatu tempat, maka keberuntungan yang diperoleh akan berkurang ketika sampai di rumah. Tetapi akhir-akhir ini banyak orang berjualan makanan atau pernak pernik tahun baru di halaman Jinja, sehingga kebanyakan orang tidak langsung pulang ke rumah, melainkan singgah terlebih dahulu untuk menikmati makanan hangat sebelum pulang ke rumah (Kuil Takekoma dan Hachiman).
Hatsumode Selama Berkabung
  Menurut keterangan dari Pendeta Shinto di Kuil Takekoma, berdasarkan tradisi Shinto, selama masa berkabung (50 hari) tidak diperkenankan melakukan kunjungan ke Jinja, termasuk kunjungan di awal tahun, Hatsumode. Tetapi ada yang mengatakan karena Hatsumode adalah tradisi Shinto, orang yang sedang berkabung boleh melakukan kunjungan awal tahun ke Otera. Penulis mencoba melakukan pengamatan di sebuah Otera di Kota Sendai pada tanggal 1 Januari. Otera tampak sangat lengang, tidak ada satupun orang yang berkunjung. Pemandangan tersebut sangat kontras dengan ramainya orang berkunjung ke Jinja. Boleh jadi, pada saat itu tidak ada orang yang berkabung.
Demikianlah gambaran tradisi kunjungan awal tahun (Hatsumode) yang dilakukan oleh masyarakat Jepang sebagai bagian dari rangkaian kegiatan menyambut tahun baru. Berbeda dengan perayaan tahun baru di belahan bumi lainnya di dunia, tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jepang lebih memiliki nuansa sakral dan religious.
Dikutip dari berbagai sumber

| Free Bussines? |

No comments:

Post a Comment