Sunday, January 8, 2012

Garam sebagai alat penyucian diri



Okiyome shio, garam penyuci
  Suatu hari, saat saya mendatangi sebuah kantor untuk wawancara kerja (arubaito) September 2010, saya melihat ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Di depan pintu masuk kantor tersebut terdapat cawan berisi garam yang terletak di kedua sisi pintu. Sejenak saya berfikir, mengapa ada garam di pintu masuk kantor ? Tetapi keheranan saya tidak berlangsung lama, karena saya langsung teringat materi kuliah yang saya terima beberapa waktu lalu. Iya, dalam kepercayaan masyarakat Jepang, garam berfungsi untuk menyucikan diri dari roh jahat. Saya langsung berfikir barangkali ini salah satu contoh penggunaan garam dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan kepercayaan.

Garam di pojok beranda

   Dalam beberapa kesempatan saya sering mendengar bahwa garam dijadikan sebagai alat untuk menyucikan diri. Contoh yang sering diberikan adalah, ketika menghadiri upacara pemakaman seseorang, setiap pengunjung akan diberi bingkisan kecil yang di dalamnya terdapat bungkusan berisi garam. Pada bingkisan tersebut terdapat tulisan お清め塩 okiyome shio, garam penyuci. Sesampai di rumah setelah menghadiri upacara pemakaman, di depan pintu masuk, garam tersebut ditaburkan ke seluruh tubuh. Masyarakat Jepang meyakini bahwa ketika menghadiri upcara pemakaman, roh orang yang meninggal tersebut akan mengikuti pelayat, sehingga sebelum memasuki rumah setiap orang harus menyucikan diri dengan garam, agar roh tersebut tidak masuk ke dalam rumah. Dalam istilah ilmu agama, ini dikenal dengan Kegare. Sangat sulit mengartikan kegare ke dalam bahasa Indonesia. Tetapi secara sederhana, saya mengartikannya dengan Najis.
  Mengapa garam dijadikan sebagai alat untuk menyucikan diri ? Ceritanya sudah berlangsung sejak lama. Dahulu ada sebuah tradisi yang disebut dengan Misogi, yaitu membasahi tubuh dengan air. Secara sederhana Misogi dapat saya artikan sengan mandi wajib dalam rangka untuk mensucikan diri dari najis. Orang-orang terdahulu melaksanakan misogi menggunakan air garam (air laut). Tujuannya tentu saja untuk menghilangkan roh jahat atau sesuatu yang kotor dari dalam tubuh. Contohnya, apabila mengunjungi kuil Ise Jingu (kuil tertua titisan kaisar), setiap pengunjung terlebih dahulu harus menyucikan diri dengan cara masuk ke laut yang ada di dekat kuil. Tetapi perlahan-lahan, ritual ini mengalami penyederhanaan, sehingga saat ini penyucian cukup dilakukan dengan cara menaburkan rumput laut di sekujur tubuh sebagai salah satu bentuk sederhana dari misogi.
  Tetapi dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak mudah membersihkan diri dengan air laut. Oleh karena itu sebagai pengganti digunakan garam Kristal yang ditaburkan ke sekujur tubuh sebagai pengganti misogi. Garam Kristal inilah yang diletakkan di depan kantor saat penulis memasuki sebuah kantor seperti cerita di atas. Garam ini pula yang digunakan untuk menyucikan di depan pintu masuk rumah setelah menghadiri upacara pemakaman. Garam juga ditaburkan di depan rumah setelah kedatangan tamu yang tidak di inginkan. Tujuannya adalah agar roh jahat tidak memasuki rumah dan mengganggu ketenteraman rumah tangga.

| Free Bussines? |

No comments:

Post a Comment